Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Menulis Hasil Wawancara
Bahasa Indonesia · Menulis Hasil Wawancara
Suratno

24/08/2021 11:54:18

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

165

Transportasi Umum

D.

Menulis Hasil Wawancara dalam Bentuk Paragraf

12.3

Menulis

Tujuan Pembelajaran:

Kamu akan mampu menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan

menggunakan ejaan yang tepat

.

Seusai mewawancarai seseorang (narasumber), adakalanya kamu diminta

untuk membuat kalimat bentuk narasi. Kalimat bentuk narasi artinya, menyusun

kalimat dengan teknik cerita/kalimat berita dengan mengubah kalimat langsung

menjadi bentuk tidak langsung.

Nah, dapatkah kamu mengubah teks hasil tanya jawab yang berbentuk kalimat

langsung menjadi bentuk kalimat tidak langsung?

Untuk itu, perhatikanlah langkah-langkah berikut.

1. Hilangkanlah semua tanda baca, yaitu tanda titik dua (:), tanda kutip (“) atau

tanda tanya (?).

2. Ubahlah sapaan narasumber dengan menggunakan kata ganti yang tepat.

3. Tulis dengan kalimat tidak langsung informasinya tanpa mengubah esensi

makna.

Contoh:

“Kalau melihat keadaan masyarakat sekarang ini, maka saya sebagai

seorang pelajar akan terus membentengi diri dari pengaruh narkoba”.

Diubah menjadi:

Dia mengatakan jika keadaan masyarakat sekarang ini, maka ia sebagai

seorang pelajar akan terus membentengi diri dari pengaruh narkoba.

4. Jika berupa teks tanya jawab, ubahlah menjadi bentuk narasi yang baik.

Kerjakan latihan berikut!

1. Pahami kalimat dari hasil wawancara berikut, kemudian ubahlah menjadi

bentuk paragraf yang baik.

2. Tulislah dengan kalimat yang baik, runtut, dan mudah dipahami.

3. Tukarkan hasilnya dengan teman sebelahmu untuk disunting!

Kerjakan di buku tugasmu!

4

166

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

Noni Purnomo

Enggan Mengemudi di Jakarta

Dengan 17 ribuan karyawan, Blue Bird

Group (BBG) telah menjadi perusahaan besar

di bidang transportasi di Indonesia. Seorang

perempuan, Noni Sri Aryati Purnomo, harus

ikut mengawalnya agar BBG tetap berada di

jalurnya. Noni adalah generasi ketiga di

perusahaan jasa angkutan ini. Wakil Direktur

Utama untuk Pengembangan Bisnis BBG ini

sejak kecil telah dilibatkan mengurus

perusahaan yang dirintis eyangnya, Mutiara

Djokosoetono, itu.

Senin, 28 Januari 2008, ibu tiga anak

Amanda, Sasha, dan Kaira dari

pernikahannya dengan Klaas Redmer

Schukken ini menerima

Burhanuddin

Bella

dari

Republika

bersama fotografer

Teguh Indra

untuk sebuah wawancara di kantornya, bilangan Mamprang

Prapatan, Jakarta. Berikut petikannya:

BBG adalah perusahaan keluarga. Apakah Anda sejak dini merasa dipersiapkan untuk

menanganinya?

“Itu saya tidak tahu. Tapi, bahwa dari kecil saya dilibatkan dalam

perusahaan keluarga, itu ya. Karena memang tidak ada pilihan lain. Taksi ini

berdiri waktu saya umur tiga tahun. Kantor di rumah, bengkel di rumah,

semuanya di rumah. Ya, bagaimanapun saya

nongkrong

-nya dengan

pengemudi. Tiap hari mainnya dengan pengemudi. Dulu saya

manggil

-nya

masih

oom

. Dulu

kan

pengemudi masih 30-31, itu setiap hari dihitung

komisinya kemudian di-

bungkusin

uangnya.

Nah

, itu saya ikut bungkus. Waktu

SMP, saya sudah mulai kerja paruh waktu. Setiap libur, saya kerjakan apa

saja yang bisa saya kerjakan. SMA, saya mulai masuk resmi paruh waktu.

Libur sekolah saya kerja, hari Minggu kerja”.

Apa yang Anda kerjakan?

Hanya

data entry

. Kemudian saya kuliah di luar negeri, tesis saya juga untuk

memperbaiki efisiensi di bengkel. Jadi, memang selalu berhubungan. Tapi,

apakah disiapkan atau

nggak

, itu tidak pernah dibicarakan secara formal.

Latar belakang Anda kan bukan di bisnis saat masuk ke BBG. Apa pertimbangan

Anda waktu itu?

Ya, saya di teknik, karena waktu itu saya lebih senang matematika, fisika.

Saya lebih senang mengerjakan sesuatu yang lebih ke arah teknik. Akhirnya

saya masuk ke teknik industri. Itu

kan

tidak murni teknik, tapi setengah adalah

Gambar 8.1

Ibu Noni Purnomo

berlatar belakang Taksi Silver Bird.

Sumber:

Republika, 10 Februari 2008

167

Transportasi Umum

manajemen. Makanya pilihannya teknik industri, karena saya

interest

-nya di

situ, mencari jurusan yang ada manajemennya. Di situ saya belajar banyak

sekali dan itu sangat berguna untuk perusahaan.

Apakah Anda juga suka naik taksi?

Sekarang agak jarang. Dulu sering. Sekolah juga naik taksi. Taksi sendiri,

pernah juga taksi yang lain. Soalnya kita harus membandingkan kan.

Setiap naik taksi Anda ngobrol dengan sopir?

Ngobrol. Tapi, sekarang saya sudah lama tidak melakukan itu. Semenjak

saya punya anak, jalannya cuma dari rumah ke kantor. Jadi, sudah jarang

keluyuran.

Kabarnya Anda biasa menyamar naik Blue Bird. Apa yang bisa Anda dapatkan

dari penyamaran itu?

Alhamdulillah, saya tidak pernah menemukan pengemudi jelek. Tapi, saya

banyak mendapatkan

input

.

Dalam penyamaran, sopir tidak kenal Anda?

Tidak tahu. Cuma pernah saya naik taksi ke rumah. Tahunya itu gara-

gara ngobrol sama

security

di rumah. Karena pengemudi begitu banyak, kan.

Saya juga tidak mengharapkan dikenali sama pengemudi. Mereka tidak harus

mengenal saya. Untungnya kalau tidak kenal, saya bisa ngobrol, bisa tahu

lebih banyak.

Bagaimana Anda membawahkan 17 ribuan karyawan itu?

Saya sebenarnya tidak langsung me-

manage

semua orang. Kita membuat

struktur organisasi sehingga ada pembagian wewenang. Itu semua kan

dasarnya komunikasi. Untuk komunikasi, kita di manajemen dibantu oleh

pengemudi juga. Setiap 18-20 pengemudi membentuk satu grup. Di grup

itu ada ketua grup. Ketua itulah yang melakukan komunikasi. Komunikasinya

dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Aspirasi pengemudi

ditampung oleh ketua-ketua grup.

Apa yang Anda berikan kepada para pengemudi?

Kita mencoba menghormati pengemudi, karena bagaimanapun mereka

menjadi penghasil perusahaan. Di Blue Bird, yang paling haram adalah

menganggap pengemudi kelas dua atau kelas tiga, bukan sederajat. Jadi, kita

anggap semua sama. Kita juga memikirkan kesejahteraan pengemudi dengan

cara memberikan beasiswa. Jadi, kita ingin memuaskan pelanggan di luar,

kita juga ingin memuaskan pelanggan di dalam.

Apa pertimbangan Anda mau ikut mengelola BBG?

Kalau yang diajarkan ke kita, sekarang ini bukan hanya karena uang kita

ada di sini. Tapi, tanggung jawab kita adalah menghidupi 60 ribu orang dari

17 ribuan karyawan itu. Yang penting, kalau saya mau bekerja di Blue Bird,

saya harus bekerja semaksimal mungkin. Itu pilihan yang diberikan orang

tua. Kalu nggak niat, lebih baik nggak.