Halaman
165
Transportasi Umum
D.
Menulis Hasil Wawancara dalam Bentuk Paragraf
12.3
Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Kamu akan mampu menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan
menggunakan ejaan yang tepat
.
Seusai mewawancarai seseorang (narasumber), adakalanya kamu diminta
untuk membuat kalimat bentuk narasi. Kalimat bentuk narasi artinya, menyusun
kalimat dengan teknik cerita/kalimat berita dengan mengubah kalimat langsung
menjadi bentuk tidak langsung.
Nah, dapatkah kamu mengubah teks hasil tanya jawab yang berbentuk kalimat
langsung menjadi bentuk kalimat tidak langsung?
Untuk itu, perhatikanlah langkah-langkah berikut.
1. Hilangkanlah semua tanda baca, yaitu tanda titik dua (:), tanda kutip (“) atau
tanda tanya (?).
2. Ubahlah sapaan narasumber dengan menggunakan kata ganti yang tepat.
3. Tulis dengan kalimat tidak langsung informasinya tanpa mengubah esensi
makna.
Contoh:
“Kalau melihat keadaan masyarakat sekarang ini, maka saya sebagai
seorang pelajar akan terus membentengi diri dari pengaruh narkoba”.
Diubah menjadi:
Dia mengatakan jika keadaan masyarakat sekarang ini, maka ia sebagai
seorang pelajar akan terus membentengi diri dari pengaruh narkoba.
4. Jika berupa teks tanya jawab, ubahlah menjadi bentuk narasi yang baik.
Kerjakan latihan berikut!
1. Pahami kalimat dari hasil wawancara berikut, kemudian ubahlah menjadi
bentuk paragraf yang baik.
2. Tulislah dengan kalimat yang baik, runtut, dan mudah dipahami.
3. Tukarkan hasilnya dengan teman sebelahmu untuk disunting!
Kerjakan di buku tugasmu!
4
166
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
Noni Purnomo
Enggan Mengemudi di Jakarta
Dengan 17 ribuan karyawan, Blue Bird
Group (BBG) telah menjadi perusahaan besar
di bidang transportasi di Indonesia. Seorang
perempuan, Noni Sri Aryati Purnomo, harus
ikut mengawalnya agar BBG tetap berada di
jalurnya. Noni adalah generasi ketiga di
perusahaan jasa angkutan ini. Wakil Direktur
Utama untuk Pengembangan Bisnis BBG ini
sejak kecil telah dilibatkan mengurus
perusahaan yang dirintis eyangnya, Mutiara
Djokosoetono, itu.
Senin, 28 Januari 2008, ibu tiga anak
Amanda, Sasha, dan Kaira dari
pernikahannya dengan Klaas Redmer
Schukken ini menerima
Burhanuddin
Bella
dari
Republika
bersama fotografer
Teguh Indra
untuk sebuah wawancara di kantornya, bilangan Mamprang
Prapatan, Jakarta. Berikut petikannya:
BBG adalah perusahaan keluarga. Apakah Anda sejak dini merasa dipersiapkan untuk
menanganinya?
“Itu saya tidak tahu. Tapi, bahwa dari kecil saya dilibatkan dalam
perusahaan keluarga, itu ya. Karena memang tidak ada pilihan lain. Taksi ini
berdiri waktu saya umur tiga tahun. Kantor di rumah, bengkel di rumah,
semuanya di rumah. Ya, bagaimanapun saya
nongkrong
-nya dengan
pengemudi. Tiap hari mainnya dengan pengemudi. Dulu saya
manggil
-nya
masih
oom
. Dulu
kan
pengemudi masih 30-31, itu setiap hari dihitung
komisinya kemudian di-
bungkusin
uangnya.
Nah
, itu saya ikut bungkus. Waktu
SMP, saya sudah mulai kerja paruh waktu. Setiap libur, saya kerjakan apa
saja yang bisa saya kerjakan. SMA, saya mulai masuk resmi paruh waktu.
Libur sekolah saya kerja, hari Minggu kerja”.
Apa yang Anda kerjakan?
Hanya
data entry
. Kemudian saya kuliah di luar negeri, tesis saya juga untuk
memperbaiki efisiensi di bengkel. Jadi, memang selalu berhubungan. Tapi,
apakah disiapkan atau
nggak
, itu tidak pernah dibicarakan secara formal.
Latar belakang Anda kan bukan di bisnis saat masuk ke BBG. Apa pertimbangan
Anda waktu itu?
Ya, saya di teknik, karena waktu itu saya lebih senang matematika, fisika.
Saya lebih senang mengerjakan sesuatu yang lebih ke arah teknik. Akhirnya
saya masuk ke teknik industri. Itu
kan
tidak murni teknik, tapi setengah adalah
Gambar 8.1
Ibu Noni Purnomo
berlatar belakang Taksi Silver Bird.
Sumber:
Republika, 10 Februari 2008
167
Transportasi Umum
manajemen. Makanya pilihannya teknik industri, karena saya
interest
-nya di
situ, mencari jurusan yang ada manajemennya. Di situ saya belajar banyak
sekali dan itu sangat berguna untuk perusahaan.
Apakah Anda juga suka naik taksi?
Sekarang agak jarang. Dulu sering. Sekolah juga naik taksi. Taksi sendiri,
pernah juga taksi yang lain. Soalnya kita harus membandingkan kan.
Setiap naik taksi Anda ngobrol dengan sopir?
Ngobrol. Tapi, sekarang saya sudah lama tidak melakukan itu. Semenjak
saya punya anak, jalannya cuma dari rumah ke kantor. Jadi, sudah jarang
keluyuran.
Kabarnya Anda biasa menyamar naik Blue Bird. Apa yang bisa Anda dapatkan
dari penyamaran itu?
Alhamdulillah, saya tidak pernah menemukan pengemudi jelek. Tapi, saya
banyak mendapatkan
input
.
Dalam penyamaran, sopir tidak kenal Anda?
Tidak tahu. Cuma pernah saya naik taksi ke rumah. Tahunya itu gara-
gara ngobrol sama
security
di rumah. Karena pengemudi begitu banyak, kan.
Saya juga tidak mengharapkan dikenali sama pengemudi. Mereka tidak harus
mengenal saya. Untungnya kalau tidak kenal, saya bisa ngobrol, bisa tahu
lebih banyak.
Bagaimana Anda membawahkan 17 ribuan karyawan itu?
Saya sebenarnya tidak langsung me-
manage
semua orang. Kita membuat
struktur organisasi sehingga ada pembagian wewenang. Itu semua kan
dasarnya komunikasi. Untuk komunikasi, kita di manajemen dibantu oleh
pengemudi juga. Setiap 18-20 pengemudi membentuk satu grup. Di grup
itu ada ketua grup. Ketua itulah yang melakukan komunikasi. Komunikasinya
dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Aspirasi pengemudi
ditampung oleh ketua-ketua grup.
Apa yang Anda berikan kepada para pengemudi?
Kita mencoba menghormati pengemudi, karena bagaimanapun mereka
menjadi penghasil perusahaan. Di Blue Bird, yang paling haram adalah
menganggap pengemudi kelas dua atau kelas tiga, bukan sederajat. Jadi, kita
anggap semua sama. Kita juga memikirkan kesejahteraan pengemudi dengan
cara memberikan beasiswa. Jadi, kita ingin memuaskan pelanggan di luar,
kita juga ingin memuaskan pelanggan di dalam.
Apa pertimbangan Anda mau ikut mengelola BBG?
Kalau yang diajarkan ke kita, sekarang ini bukan hanya karena uang kita
ada di sini. Tapi, tanggung jawab kita adalah menghidupi 60 ribu orang dari
17 ribuan karyawan itu. Yang penting, kalau saya mau bekerja di Blue Bird,
saya harus bekerja semaksimal mungkin. Itu pilihan yang diberikan orang
tua. Kalu nggak niat, lebih baik nggak.